DISKOMINFOSTANDI KABUPATEN KATINGANPEMKAB KATINGAN

Dari Desa ke Dunia: Rotan Katingan Jadi Simbol Ekonomi Hijau dan Pemberdayaan Perempuan

20
×

Dari Desa ke Dunia: Rotan Katingan Jadi Simbol Ekonomi Hijau dan Pemberdayaan Perempuan

Sebarkan artikel ini

KASONGAN – Suara ketukan ringan bambu dan rotan terdengar bersahutan di sebuah bengkel kecil di Kelurahan Kasongan Lama.

Di sanalah, Vina (42) dan puluhan perempuan lain menenun masa depan mereka dengan sehelai demi sehelai rotan. Kini, hasil tangan mereka tak lagi berhenti di pasar lokal tetapi bersiap menembus etalase dunia.

Peluncuran produk rotan berorientasi ekspor di Komplek UPT Rotan dan Kayu Hampangen, pada Rabu (8/10/2025), menjadi momen bersejarah bagi Kabupaten Katingan.

Program yang digagas Pemerintah Kabupaten Katingan bersama PT Harmoni Usaha Indonesia (HUI) dan Kedutaan Besar Kanada ini bukan sekadar proyek dagang, melainkan wujud nyata dari gerakan ekonomi hijau berbasis pemberdayaan masyarakat.

Rotan Katingan selama ini dikenal memiliki kualitas unggul dan corak khas. Namun, potensi besar itu belum sepenuhnya dinikmati oleh perajin di tingkat bawah.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan mencatat, sekitar 70 persen tenaga kerja di sektor rotan adalah perempuan yang bekerja dari rumah, tanpa kepastian harga dan tanpa akses ke pasar yang lebih luas.

Kini, situasi itu mulai berubah. Melalui program kemitraan ini, para perajin dibekali pelatihan keterampilan lanjutan, desain kontemporer, literasi digital, hingga pemahaman prinsip perdagangan berkelanjutan.

Baca Juga  Bupati Katingan Dorong PPPK Baru Wujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas

Mereka juga dikenalkan dengan konsep green production mengurangi limbah, memakai pewarna alami, dan menjaga pasokan rotan dari sumber lestari.

“Dulu kami hanya buat kursi, lalu dijual ke tengkulak. Sekarang kami tahu siapa pembeli kami dan bagaimana menjaga kualitas agar produk kami bisa diterima di luar negeri,” kata Vina, yang kini menjadi salah satu pemimpin kelompok perempuan perajin di desanya.

Bupati Katingan, Saiful, menyebut bahwa arah pembangunan ekonomi daerah kini berfokus pada kesejahteraan inklusif.

“Kami ingin industri rotan ini bukan hanya menghasilkan devisa, tapi juga mengangkat kehidupan para perajin, terutama perempuan desa. Jika mereka sejahtera, maka ekonomi daerah pun kuat,” ujarnya.

Sebagai langkah lanjutan, pemerintah daerah tengah membangun fasilitas pengolahan rotan ramah lingkungan lengkap dengan sistem pengeringan dan pewarnaan alami.

Selain itu, 62 desa potensial kini didorong untuk mengembangkan budi daya rotan secara berkelanjutan, melibatkan kelompok tani hutan dan komunitas perempuan pengelola kebun rotan.

Dukungan Kedutaan Besar Kanada turut memperkuat upaya ini. Mereka memberikan pendampingan teknis dalam penerapan standar ekspor, ekonomi sirkular, dan sertifikasi keberlanjutan syarat penting agar produk rotan Katingan dapat diterima di pasar Eropa dan Amerika Utara.

Baca Juga  Tiga Awak Tugboat Dantine 138 Ditemukan Meninggal Dunia

Yang membanggakan, perempuan kini tidak lagi sekadar bekerja di balik layar. Mereka ikut tampil dalam pameran daring internasional, menjadi narasumber pelatihan, bahkan terlibat langsung dalam proses negosiasi harga dengan pembeli luar negeri.

Program ini membuktikan bahwa pembangunan ekonomi tidak harus bertentangan dengan pelestarian lingkungan.

Katingan berhasil menunjukkan bahwa ekonomi hijau bisa berjalan berdampingan dengan nilai sosial, budaya, dan kemandirian perempuan.

Kini, setiap produk rotan yang dikirim ke luar negeri membawa lebih dari sekadar nilai jual. Ia membawa kisah tentang harapan, perubahan, dan perjuangan perempuan desa yang menenun masa depan mereka sendiri. (red/adv)

+ posts