PALANGKA RAYA – Umat Hindu di Kota Palangka Raya memenuhi Pura Pitamaha sejak pagi untuk melaksanakan persembahyangan Hari Raya Galungan dan Kuningan, Rabu (19/11/2025). Suasana sakral menyelimuti setiap sudut pura di Jalan Kinibalu, tempat seluruh umat berkumpul dengan khusyuk mengikuti rangkaian upacara yang telah menjadi tradisi penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Kalimantan Tengah. Rangkaian upacara digelar secara tertib, penuh penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sekaligus menjadi refleksi mendalam bagi umat untuk memperkuat nilai-nilai dharma dalam keseharian.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kalimantan Tengah, I Wayan Suata, menegaskan bahwa Hari Raya Galungan dan Kuningan bukan sekadar ritual keagamaan tahunan, tetapi sebuah momentum memperteguh spiritualitas yang menghubungkan manusia dengan nilai luhur kebaikan. Ia menilai, perayaan ini hadir untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan melatih keteguhan batin umat dalam menjaga harmoni.
“Galungan dan Kuningan adalah hari penuh makna. Umat diajak merenungkan nilai-nilai kebaikan serta memperbaiki kualitas diri. Semoga momentum ini menguatkan kebersamaan dan semangat melayani masyarakat,” ujarnya, Rabu (19/11/2025).
Rangkaian upacara dimulai dengan persembahyangan yang dipimpin para pemangku adat. Umat yang hadir sejak pagi mengikuti setiap tahap dengan penuh ketertiban dan kekhidmatan. Aroma dupa, balutan pakaian adat, serta kehadiran keluarga yang datang bersama memberi warna kebersamaan yang begitu terasa. Prosesi ini menjadi simbol penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber segala kehidupan dan kebenaran.
Perayaan Galungan diyakini sebagai kemenangan dharma atas adharma. Keyakinan itulah yang menjadi dasar umat dalam meresapi nilai penting kebaikan yang harus dikedepankan untuk melawan sifat-sifat buruk seperti amarah, kesombongan, dan keangkuhan. Pada hari itu pula diyakini bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta para leluhur turun ke dunia untuk memberikan restu serta bimbingan bagi umat yang memohon keselamatan dan kedamaian.
“Sementara itu, sepuluh hari setelah Galungan, umat kembali memperingati Kuningan sebagai penutup rangkaian perayaan. Hari tersebut dimaknai sebagai momen kembalinya para leluhur ke Swarga (surga), dan umat memberikan persembahan sebagai ungkapan syukur serta permohonan keselamatan,” jelasnya.
I Wayan Suata menyampaikan bahwa nilai dharma yang diwariskan dalam prosesi Galungan dan Kuningan harus mampu dihidupkan dalam setiap tindakan nyata. Ia berharap umat Hindu di Kota Palangka Raya dapat menjadikan perayaan ini sebagai dorongan untuk semakin tekun berbuat baik, membina harmoni, serta mengembangkan toleransi terhadap sesama umat beragama.
Menurutnya, kehidupan sosial yang majemuk hanya dapat terjaga apabila semua umat mengedepankan kebaikan dan kejujuran. Ia menilai bahwa Galungan dan Kuningan memberi pelajaran penting mengenai bagaimana manusia harus menyeimbangkan kehidupan spiritual dengan kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu, keharmonisan akan terus terpelihara sekaligus membawa dampak positif bagi kesejahteraan.
“Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebaikan, menebar kedamaian, dan menghormati jasa para leluhur yang telah membimbing umat menuju jalan kebenaran,” tandas Wayan. (Red/Adv)


















