PALANGKARAYA – Lebah kelulut sendiri merupakan jenis lebah madu yang tidak memiliki sengat dan berukuran lebih kecil dari lebah madu pada umumnya, yaitu berkisar 6 mm dengan warna hitam seperti lalat. Madu kelulut yang dihasilkan mempunyai rasa yang beragam seperti asam, pahit, dan manis, bergantung pada sumber nektar yang tersedia di sekitar koloni. Demikian hal itu disampaikan oleh Ketua KUPS Desa Bahu Palawa, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Pitron mengatakan Desa Bahu Palawa dapat memproduksi madu kelulut hingga mencapai 40-60 liter setiap bulannya.
“Akan tetapi, banyaknya produk madu kelulut di Desa Bahu Palawa, tidak dibarengi dengan permintaan pasar yang tinggi,” kata Pitron belum lama ini.
Tim Pengabdian kepada Masyarakat DRTPM BIMA Universitas Palangka Raya dengan nomor kontrak turunan 1020/UN24.13/AL.O4/2024 yang digawangi oleh dosen dari program studi kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta dosen dari program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, mengadakan kegiatan diversifikasi produk madu kelulut bersama KUPS Desa Bahu Palawa.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2024 serta dibuka langsung oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Palangka Raya, Dr. Ir. Evi Veronica, M.S.
“Universitas Palangka Raya akan terus berupaya untuk selalu mengedepankan inovasi dan teknologi dalam setiap kegiatan pengabdian kepada masyarakat,” kata Evi.
Kepala Desa Bahu Palawa Fordecun, menyambut baik kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Bahu Palawa ini.
“Saya berharap kegiatan ini akan memberikan dampak positif terhadap perokonimian Desa Bahu Palawa ke depannya,” kata Fordecun.
Salah satu anggota KUPS Bahu Palawa Ali mengaku baru menyadari bahwa madu kelulut dapat di produksi sebagai sabun.
“Saya baru tahu kalau madu bisa dijadikan produk sabun seperti ini. Ke depannya, sangat mungkin dilakukan produksi sabun madu kelulut di Desa Bahu Palawa” Ujar Pak Ali
Ketua tim pengabdian masyarakat, Septaria Yolan Kalalinggi, S.Si., M.Si. mengatakan, kegiatan ini merupakan perwujudan transfer ilmu dan teknologi oleh dosen Universitas Palangka Raya.
“Kedepannya, kami akan berupaya untuk mengawal madu kelulut agar menjadi salah satu komoditas utama Kalimantan Tengah, khususnya di Desa Bahu Palawa,” jelas Septaria.
Septaria menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan kegiatan, dimana tahap pertama kegiatan ini berupa sosialisasi tentang cara pembuatan sabun, permen, sirup, dan masker menggunakan madu kelulut sebagai bahan bakunya.
Terdapat 23 senyawa fitokimia aktif pada madu kelulut, meliputi turunan senyawa keton, alkohol, dan ester yang mempunyai karakterisitik sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, dan antidiabetes.
Adanya kandungan senyawa aktif pada madu kelulut memungkinkan madu kelulut dimanfaatkan sebagai produk skincare, food and baverage, dan healthcare.
Selanjutnya, dilaksanakan sesi diskusi bersama Izahrotun Nafisah, S.Si., M.Si., dan Bapak John Budiman Bancin, S.Pd., M.M. sekaligus peserta kegiatan.
Peserta kegiatan yang terdiri atas anggota KUPS dan kader PKK Desa Bahu Palawa dapat mencicipi sekaligus mencoba produk yang telah dibuat sebelumnya.
“Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini akan dilanjutkan dalam 2 tahap berikutnya, meliputi peningkatan kualitas madu kelulut menggunakan vacuum evaporator dan pelatihan digital marketing,”tandasnya. (Yn)