PALANGKARAYA – Rana Muthia Oktari mewakili Ketua Tim Pemenangan Willy-Habib menyatakan Paslon Willy-Habib merupakan satu-satunya pasangan yang memiliki komitmen besar untuk mengedepankan kesetaraan gender.
“Melalui visi-misi Kalteng HARMONIS (Harati, Amanah, Religius, Optimis, Nasionalis dan Sejahtera), Paslon Willy-Habib telah merancang sejumlah kebijakan dan program strategis untuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kaum perempuan di Kalteng,”ungkap Rana, Minggu (20/10/2024) siang, di Posyandu Pondok Sultan, Kota Palangka Raya.
Lanjut anggota DPRD Kota Palangkaraya ini mengungkapkan dari keempat paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng, hanya pasangan Willy-Habib lah yang menjadikan seorang perempuan sebagai ketua tim pemenangan, yakni ibu Faridawaty Darland Atjeh.
“Ini membuktikan keseriusan Willy Habib untuk menempatkan kaum perempuan pada posisi strategis dan penting, baik itu dalam kehidupan keluarga masyarakat, bangsa dan negara,”ujar Rana Muthia.
Menurut Rana, Hadirnya Faridawaty Darland Atjeh sebagai Ketua Tim Pemenangan Willy-Habib menjadi salah satu bukti nyata keseriusan pasangan Willy-Habib dalam mengakomodir kepentingan kaum perempuan di Kalteng.
“Ibu Faridawaty ini memiliki pemahaman yang mendalam tentang perempuan. Sehingga, dalam pengambilan keputusan kelak tentu akan melibatkan aspirasi perempuan,”ujar lagi.
Rana Muthia pun mengatakan Paslon Willy-Habib menilai sangat penting untuk menyerap berbagai keluhan dan aspirasi kaum perempuan.
“Perempuan itu memang perlu didengar permasalahannya. Agar kita bisa membuat program yang tepat terhadap apa yang benar-benar diperlukan oleh kaum perempuan di Kalteng,” ujarnya lagi.
Dalam acara itu, masyarakat yang didominasi oleh kaum perempuan berkesempatan menyampaikan sejumlah aspirasi, diantaranya terkait tantangan yang dihadapi perempuan, mulai dari persoalan ekonomi, pendidikan, hingga tentang persoalan Posyandu balita dan juga lansia.
Sementara itu, Sekretaris Tim Pemenangan Willy Habib, Hj. Mukarrahmah mengatakan bahwa pengarusutamaan gender menjadi prasyarat kunci dalam perencanaan pembangunan.
“Pola ini dipandang sebagai paradigma baru perencanaan yang berkeadilan, karena laki-laki, perempuan, anak laki-laki, dan anak perempuan menjadi pusat dari proses pembangunan,”tandasnya. (YN)