PALANGKA RAYA, PenaKalteng.com — Inflasi bukan sekedar angka dalam laporan ekonomi. Namun, hal itu menyentuh langsung kehidupan masyarakat, mulai dari harga pangan dan kebutuhan pokok sampai daya beli masyarakat hingga akar rumput. Di awal 2025, Kalimantan Tengah menunjukkan inflasi yang cukup terkendali, memberi sinyal positif bagi stabilitas ekonomi daerah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, inflasi Januari 2025 tercatat sebesar 0,28 persen year-on-year (y-on-y), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 106,06. Angka ini relatif  lebih rendah jika dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,57 persen (y-on-y).

Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, mengungkapkan bahwa kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran menjadi pemicu utama inflasi. Sektor makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan tertinggi, yakni 2,98 persen.

Infografis: Andil Komoditas Utama terhadap Inflasi/Deflasi (M-to-M) di Provinsi Kalimantan Tengah, pada periode Januari 2025. (Sumber: Berita Resmi Statistik BPS Kalteng periode Januari 2025).

Adapun 5 (lima) komoditas utama yang berkontribusi terhadap inflasi di periode Januari 2025 secara month-to-month (m-to-m), yakni komoditas Daging Ayam Ras sebesar 0,29 persen; Cabai Rawit sebesar 0,21 persen; Ikan Gabus sebesar 0,16 persen; Cabai Merah sebesar 0,04 persen dan Bensin sebesar 0,03 persen.

Sedangkan 5 (lima)  komoditas utama yang  berkontribusi terhadap deflasi di periode Januari 2025 secara month-to-month (m-to-m), yakni Tarif Listrik sebesar -1,52 persen; Bawang Merah sebesar -0,03 persen; Ikan Nila sebesar -0,03 persen; Tomat sebesar -0,02 persen; serta Ikan Peda sebesar -0,02 persen.

“Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Kapuas, sebesar 0,97 persen dengan IHK 107,81. Sementara itu, Kota Palangka Raya justru mengalami deflasi 0,15 persen dengan IHK 105,15,” ujarnya, Senin (03/02/2025).

Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki (0,68 persen), perlengkapan rumah tangga (0,44 persen), kesehatan (1,91 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,99 persen). Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks sebesar 11,23 persen, diikuti sektor transportasi yang turun 0,31 persen.

 

Sinergi untuk Stabilitas

Dalam upaya menjaga stabilitas harga, Gubernur Kalimantan Tengah, H. Sugianto Sabran, melalui Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko, mengapresiasi kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Menurutnya, sinergi antara pemerintah dan berbagai pihak telah berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat.

“Kami akan terus meningkatkan efektivitas pengendalian inflasi dengan strategi yang lebih inovatif, termasuk optimalisasi operasi pasar dan penguatan produksi pangan,” ujar Yuas seusai mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional secara virtual, Senin (20/01/2025).

Yuas juga mendorong agar TPID di setiap daerah di Kalteng secara rutin mengadakan rapat koordinasi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap sejumlah pusat perbelanjaan tradisional maupun modern, rutin mengadakan pasar murah, kebijakan impor bahan pangan serta perluasan kerja sama antardaerah. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan agar kenaikan harga di pasar bisa dikendalikan dengan cepat, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan.

“Kami percaya bahwa jika inflasi di Kalteng dapat tetap terkendali, maka ini bisa menjadi langkah positif dalam menata masa depan Kalteng yang semakin BERKAH,” tambahnya.

 

FOTO: Aktivitas Pedagang Ayam Ras di Kawasan Pasar Besar, Kota Palangkaraya, Selasa (04/02/2025). Foto: Yundhi Satrya

 

Enam Langkah Strategis

Sementara itu, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2024, pada Jumat (29/11/2024) malam lalu, di Ballroom Bahalap Hotel Palangkaraya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng, Yuliansah Andrias, melalui Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng, Ardian Pangestu, memaparkan enam rekomendasi utama untuk menjaga stabilitas inflasi dan memajukan ekonomi daerah.

Keenam rekomendasi tersebut meliputi hilirisasi minerba dan non-minerba, pembangunan infrastruktur, stabilitas harga pangan, pengembangan UMKM, perluasan fiskal, serta pengembangan pariwisata berbasis komunitas.

“BI Kalteng juga berkomitmen meningkatkan kontribusi UMKM dalam pengendalian inflasi, ekspor, pariwisata, dan keuangan inklusif,” ujar Ardian.

Hal senada, Kepala KPw-BI Kalteng, Yuliansah Andrias, menegaskan bahwa stabilitas harga adalah kunci kesejahteraan. Oleh karena itu, BI Kalteng terus memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan distribusi bahan pokok tetap lancar dan harga terjaga.

“Kami tak hanya mengamati angka, tetapi juga turun langsung ke lapangan untuk memastikan strategi yang diterapkan benar-benar berdampak bagi masyarakat,” tuturnya.

Selanjutnya, Menurut Yuliansah, ada 4 (empat) hal penting yang patut diperhatikan, yakni memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga,  kelancaran distribusi, serta komunikasi efektif. 

Optimalisasi sektor pangan lokal menjadi fokus utama. Peningkatan produksi beras dan komoditas strategis lainnya diharapkan mampu menjaga pasokan dan menstabilkan harga di pasar. Namun, upaya ini tidak bisa berjalan sendiri, harus ada kolaborasi dan sinergitas antar pihak.

“Kolaborasi adalah fondasi utama. Pemerintah daerah, petani, distributor, dan pelaku usaha harus terus bersinergi agar inflasi tetap terkendali,” imbuh Yuliansah.

Pengendalian inflasi bukan sekadar menjaga harga tetap stabil. Ini adalah langkah nyata untuk memastikan kesejahteraan masyarakat dan menata masa depan Kalimantan Tengah yang semakin BERKAH, yakni  dengan inovasi, kolaborasi dan sinergi, Bumi Tambun Bungai siap menghadapi tantangan ekonomi 2025. 

Penulis: Yundhi Satrya