AKADEMIKAHEADLINEPEMKOT PALANGKA RAYA

Hilirisasi dan Inovasi Jadi Kunci Kemandirian Perikanan Indonesia

36
×

Hilirisasi dan Inovasi Jadi Kunci Kemandirian Perikanan Indonesia

Sebarkan artikel ini
FOTO Ist.: Suasana Seminar Nasional ke-16 dan Pertemuan Ilmiah ke-17 MPHPI di Universitas Palangka Raya.

PALANGKARAYA – Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (Faperta-UPR) bersama Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional ke-16 dan Pertemuan Ilmiah ke-17 MPHPI pada 8–9 November 2025 di Palangka Raya.

Acara bergengsi ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri perikanan, serta perwakilan pemerintah daerah dan pusat.

Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Firlianty, S.Pi., M.S., mengatakan kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen Universitas Palangka Raya dalam memperkuat riset dan inovasi di bidang pengolahan hasil perikanan, khususnya di kawasan Kalimantan dan Indonesia bagian tengah.

“Forum ini bukan sekadar ajang berbagi pengetahuan, tetapi momentum membangun jejaring kolaboratif. Kami ingin mempertemukan peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah agar inovasi hasil riset dapat terimplementasi dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Dr. Firlianty, Minggu (09/11/2025).

FOTO Ist. : Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Firlianty, S.Pi., M.S.

Ia menambahkan, tema seminar tahun ini “Kemandirian Perikanan Indonesia melalui Hilirisasi Terintegrasi dan Diversifikasi Produk” diangkat sebagai refleksi atas tantangan sektor perikanan nasional yang kini memerlukan transformasi menuju ekonomi berbasis inovasi.

“Hilirisasi tidak hanya berarti mengolah hasil tangkapan, tetapi mentransformasi riset menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Diversifikasi menjadi kunci menciptakan pasar baru, membuka lapangan kerja, dan memperkuat daya saing Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan UPR, Dr. Wilson, menegaskan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi besar di sektor perikanan air tawar. Namun, tantangan serius akibat pencemaran merkuri di sejumlah wilayah sungai perlu segera ditangani secara terpadu.

“Fakultas siap membuka kolaborasi riset, publikasi bersama, dan pemanfaatan fasilitas laboratorium antarperguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kami percaya kolaborasi adalah kunci memperkuat pendidikan tinggi, riset inovatif, dan industri perikanan nasional yang berkelanjutan,” tambah Dr. Wilson.

Dukungan juga datang dari Rektor Universitas Palangka Raya melalui Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Natalina Asi, M.A., yang menyampaikan bahwa UPR memiliki posisi strategis dalam tiga ruang pembangunan nasional: pengembangan riset gambut dan bioresources Kalimantan, dukungan terhadap kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta kontribusi terhadap transformasi riset nasional menuju Indonesia Emas 2045.

Baca Juga  Koperasi Jadi Pilar Utama Penggerak Ekonomi Kerakyatan di Palangka Raya

“Kami menempatkan hilirisasi riset sebagai komitmen utama universitas. Tidak cukup hanya menghasilkan publikasi, tetapi juga teknologi, model bisnis, dan solusi kebijakan berbasis ilmu pengetahuan,” tegas Natalina. Ia menambahkan, UPR berkomitmen memperkuat kemitraan penta helix—melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media—guna menghasilkan inovasi yang unggul secara ilmiah, relevan secara sosial, dan kompetitif secara ekonomi.

Forum ilmiah ini turut dihadiri Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S., Ketua Umum MPHPI sekaligus akademisi IPB University. Dalam pidatonya, Prof. Nurjanah menekankan pentingnya percepatan hilirisasi dan komersialisasi hasil riset agar tidak berhenti di meja laboratorium.

“Sudah saatnya riset menjadi jembatan antara kampus dan industri. Hilirisasi adalah jalan untuk menjembatani kerja sama lintas sektor dan mendorong lahirnya inovasi bernilai ekonomi tinggi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, MPHPI kini memiliki sekitar 500 anggota aktif dan akan memperluas kolaborasi dengan pendekatan penta helix agar lebih inklusif dan produktif.

Dalam kesempatan yang sama, Ir. Ishartini, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BP2MHKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menyampaikan keynote speech mewakili Menteri KKP. Ia menjelaskan bahwa KKP tengah menata ulang kebijakan sektor kelautan dan perikanan berbasis blue economy.

FOTO Ist.: Suasana Seminar Nasional ke-16 dan Pertemuan Ilmiah ke-17 MPHPI di Universitas Palangka Raya.

“Kami menjalankan lima pilar utama: penangkapan ikan berbasis kuota, budidaya berkelanjutan, pengelolaan pesisir dan pulau kecil, pengendalian sampah plastik laut, serta pengembangan kampung nelayan Merah Putih. Kebijakan ini membuka ruang luas bagi kolaborasi perguruan tinggi dan asosiasi profesi seperti MPHPI,” jelas Ishartini.

Ia menambahkan bahwa hilirisasi produk perikanan bernilai tinggi—seperti gelatin, kolagen, dan kultur jaringan—menjadi arah baru pengembangan ekonomi biru Indonesia.

Disisi lain, Prof. Dr. Eddy Suprayitno, menyatakan bahwa potensi ikan gabus sebagai sumber albumin dapat dikembangkan menjadi produk pangan olahan seperti cookies ikan gabus yang bernilai gizi tinggi dan memiliki prospek ekonomi menjanjikan bagi masyarakat.

Menurutnya, ikan gabus (Channa striata) dikenal memiliki kandungan albumin yang tinggi, yaitu protein penting yang berperan dalam mempercepat penyembuhan luka, menjaga daya tahan tubuh, serta memperbaiki jaringan sel. Melalui inovasi pengolahan menjadi cookies, kandungan gizi tersebut dapat tetap terjaga, namun dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah dikonsumsi.

Baca Juga  Pemko Palangka Raya Pelajari Sistem Persampahan Modern Kota Batam

“Potensi ikan gabus sebagai sumber albumin dapat dikembangkan menjadi cookies ikan gabus, karena produk ini mampu menjembatani antara nilai gizi dan kebutuhan pangan fungsional masyarakat modern yang menginginkan sesuatu yang sehat, lezat, serta praktis dikonsumsi setiap hari,” ungkapnya

Kegiatan ini juga dirangkai dengan pelantikan pengurus MPHPI Korwil Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, sesi paper presentation dengan 58 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia, serta gelar produk inovasi karya dosen, mahasiswa, dan pelaku industri.

Menutup seluruh rangkaian kegiatan, Dr. Firlianty menyampaikan harapan agar forum ini menjadi awal kolaborasi berkelanjutan di bidang riset, pendidikan, dan inovasi perikanan.

“Dari Palangka Raya, kami ingin mengirim pesan bahwa masa depan perikanan Indonesia ada di tangan riset, inovasi, dan kerja sama yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi lintas sektor, kita bisa mewujudkan perikanan yang mandiri, inovatif, dan menyejahterakan,” tandas Firlianty. (Red/Adv)

+ posts