PALANGKARAYA – Pertumbuhan kredit konsumtif di Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat peningkatan 6,93 persen (y-on-y), dengan nilai mencapai Rp20,21 triliun pada Juni 2025 dibanding Rp18,90 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Kredit untuk sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan menjadi yang terbesar dengan capaian Rp14,83 triliun, disusul pemilikan peralatan rumah tangga Rp14,22 triliun, perdagangan besar dan eceran Rp9,55 triliun, serta sektor lain.
“Kredit modal kerja juga tumbuh 10,60 persen, mencapai Rp17,7 triliun pada Juni 2025 dari Rp16,03 triliun tahun sebelumnya,” ujar Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Tengah, Primandanu Febriyan Aziz, Selasa (30/9/2025).
Meski begitu, indikator investasi mengalami kontraksi -0,60 persen, turun dari Rp13,35 triliun menjadi Rp13,27 triliun.
Menurut Primandanu, pelemahan itu perlu menjadi perhatian bersama agar sektor investasi bisa kembali menjadi motor penggerak pembangunan di Kalteng.
Lebih jauh, distribusi kredit masih didominasi oleh non-UMKM dengan total 64,01 persen atau Rp32,77 triliun.
Adapun porsi untuk UMKM terdiri dari kredit usaha mikro 17,09 persen atau Rp8,75 triliun, usaha kecil 12,47 persen atau Rp6,39 triliun, dan usaha menengah 6,43 persen atau Rp3,29 triliun.
Ketimpangan ini menunjukkan bahwa kredit bagi UMKM masih perlu diperluas guna menopang daya saing usaha kecil di tengah iklim persaingan usaha yang semakin ketat.
Ia menekankan pentingnya perbankan serta lembaga keuangan terus mendorong penyaluran kredit produktif kepada UMKM.
“Keseimbangan portofolio kredit akan memperkuat struktur ekonomi daerah,” pungkas Primandanu. (Red/Via)