PALANGKARAYA – Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, Tim dosen Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Prodi Kimia FMIPA dan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Bisnis atau Prodi Ekopem FEB Universitas Palangka Raya (UPR) menggelar kegiatan pemberdayaan kewirausahaan melalui gerakan swasembada pakan.
Desa Tuwung, yang terletak di Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menjadi salah satu contoh bagaimana kolaborasi antara akademisi dan praktisi dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Ketua Kelompok Usaha Perikanan (KUPS), Joko Sosilo mengungkapkan bahwa kelompok ini membutuhkan inovasi dalam pembuatan pakan ikan yang lebih efisien dan ekonomis. pihaknya menyadari bahwa pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan.
“Dengan adanya teknologi ini, kami berharap dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen,” ungkap Joko.
Dirinya menjelaskan, kegiatan ini dimulai dengan tahap persiapan yang berlangsung dari 27 Juli hingga 10 Agustus 2024. Pada tahap ini, dilakukan komunikasi intensif dengan KUPS dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Tuwung, yang menjadi mitra utama dalam pelaksanaan program.
Sebelumnya, dilakukan pengumpulan bahan baku berupa limbah ikan motan dari perairan danau Hukuk dan limbah sayuran dari rumah tangga di Desa Tuwung. Kedua jenis limbah ini dipilih karena ketersediaannya yang melimpah dan potensinya sebagai bahan baku pakan berkualitas.
“Dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar kita, kami dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku komersial dan memproduksi pakan secara lebih berkelanjutan,” tambah Joko.
Memasuki tahap kedua, yaitu pembuatan alat mixer, yang berlangsung dari 11 Juli hingga 20 Agustus 2024, tim dosen merancang alat mixer yang mampu mencampur bahan-bahan pakan dengan baik sehingga dapat dicetak menjadi pelet ikan lele yang homogen. Inovasi alat ini merupakan kunci utama dalam memastikan efisiensi produksi pakan dan kualitas yang konsisten.
Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 21 hingga 22 Agustus 2024. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi kepada anggota KUPS dan masyarakat setempat mengenai pentingnya memanfaatkan limbah ikan dan limbah sayuran sebagai bahan tambahan dalam pembuatan pakan ikan lele. Edukasi ini dilaksanakan di balai desa Tuwung dan disambut dengan antusias oleh para peserta.
“Sosialisasi ini sangat penting bagi kami, karena selain menambah pengetahuan, kami juga mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal dengan lebih baik,” ujar Joko Sosilo.
Selain itu, pelatihan teknis pembuatan pakan ikan dengan menggunakan alat mixer menjadi agenda utama. Para peserta diajarkan teknik pencampuran bahan hingga proses pencetakan pelet yang baik. Tidak hanya itu, pelatihan pengemasan pakan juga diberikan untuk memastikan produk yang dihasilkan siap untuk dipasarkan.
“Dengan pelatihan ini, kami semakin percaya diri untuk memproduksi pakan sendiri dan menjualnya. Ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi kami,” kata Joko. Hal ini penting untuk mendukung tujuan jangka panjang kelompok KUPS dalam mengembangkan usaha pakan ikan secara mandiri.
Tujuan utama dari kegiatan pengabdian masyarakat ini lanjutnya lebih dalam lagi adalah untuk memberdayakan Kelompok KUPS Perikanan di Desa Tuwung agar mampu memproduksi pakan ikan secara mandiri dengan memanfaatkan potensi limbah yang ada di sekitar lingkungan mereka.
Dengan begitu, kelompok ini tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang harganya semakin tinggi, tetapi juga membuka peluang usaha baru sebagai produsen pakan ikan.
Keberhasilan ini diharapkan akan membawa dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi anggota KUPS dan masyarakat desa secara umum dan bisa menjadi awal yang baik untuk kami memproduksi pakan sendiri dan tidak lagi bergantung pada pakan komersial.
Ditempat yang sama. Ketua pelaksana kegiatan, Marvin Horale Pasaribu, S.Si., M.Si., berharap dengan adanya alat mixer ini, KUPS dapat memproduksi pakan berkualitas dengan lebih mudah dan efisien.
“Teknologi ini dirancang untuk dapat digunakan oleh kelompok-kelompok usaha kecil seperti KUPS Tuwung, sehingga mereka dapat meningkatkan kapasitas produksi mereka.” Kata Marvin.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pengalaman berharga bagi para mahasiswa yang terlibat. Mereka tidak hanya dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah, tetapi juga belajar bagaimana menghadapi tantangan nyata di lapangan.
Keterlibatan mahasiswa dalam proyek ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi inovatif yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
“Ini adalah kesempatan emas bagi mahasiswa untuk melihat langsung bagaimana ilmu yang mereka pelajari dapat diterapkan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” tutup Marvin Horale Pasaribu. (Yn)